Download Jurnal Lengkap: Pemanfaatan Lindi Sampah sebagai Pupuk Cair


ABSTRAK

Pupuk organik merupakan produk pupuk ramah lingkungan. Lindi banyak mengandung unsur-unsur yang dibutuhkan tanaman, diantaranya organik Nitrogen (10-600 mg/lt), Amonium Nitrogen (10-800 mg/lt), Nitrat (5-40 mg/lt), Fosfor Total (1-70 mg/lt), Total besi (50-600 mg/lt). Menyadari kandungan unsur-unsur dalam lindi maka dilakukan penelitian pemanfaatan lindi untuk dijadikan pupuk cair. Untuk mengetahui apakah lindi dapat dimanfaatkan sebagai pupuk cair yang berkualitas bagi kesuburan tanaman, termasuk ketersediaan unsur haranya. Metode didalam penelitian yang dilaksanakan dengan menesonetes.

Penelitian dilakukan dengan memvariasikan penambahan daun lamtoro pada kisaran 3 s/d 7 kg, bunga dengan kisaran 2 s/d 6 kg dengan variabel tetap: lindi 20 lt, aquades 35 lt dan abu batuk kelapa 2 kg. Perlakuan pemberian unsur haranya sangat bervariasi sehingga di dapatkan kadar unsur hara yang lebih baik dengan bahan-bahan yang lebih unggul, pada berbagai macam perlakuan dalam reaktor didapatkan pokok permasalahan meliputi , Lindi dalam pembuatan pupuk cair yang paling baik terdapat pada reaktor 5 dengan penambahan 7 kg daun lamtoro dan 6 kg bunga dengan waktu 21 hari didapatkan rasio C/N. 


Kata kunci : pupuk organik cair, lindi, unsur hara.

Pemanfaatan Sampah sebagai Pupuk Cair Organik


Aktifitas manusia dalam memanfaatkan alam selalu meninggalkan sisa yang dianggapnya sudah tidak berguna lagi sehingga diperlakukanya sebagai barang buangan yang disebut sampah. Sampah secara sederhana diartikan sebagai sampah organik dan anorganik yang dibuang oleh masyarakat dari berbagai lokasi di suatu daerah. Sumber sampah umumnya berasal dari perumahan dan pasar. Sampah menjadi masalah penting untuk kota yang padat penduduknya. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa factor, diantaranya adalah volume sampah yang sangat besar sehingga malebihi kapasitas daya tampung tempat pembuangan sampah akhir (TPA), pengelolaan sampah dirasakan tidak memberikan dampak positif kepada lingkungan, dan kuranganya dukungan kebijakan dari pemerintah, terutama dalam memanfaatkan produk sampingan dari sampah yang menyebabkan tertumpuknya produk tersebut di tempat pembuangan akhir (TPA).Permasalahan sampah merupakan hal yang krusial. Bahkan, dapat diartikan sebagai masalah kultural karena dampaknya mengenai berbagai sisi kehidupan, terutama di kota besar. Berdasarkan perkiraan, volume sampah yang dihasilkan oleh manusia rata-rata sekitar 0,5 kg/perkapita/hari,sehingga untuk kota besar seperti Jakarta yang memiliki penduduk sekitar 10 juta orang menghasilkan sampah sekitar 5000 ton/hari. Bila tidak cepat ditangani secara benar, maka kota-kota besar tersebut akan tenggelam dalam timbunan sampah berbarengan dengan segala dampak negatif yang ditimbulkannya seperti pencemaran air, udara, tanah, dan sumber penyakit. Pada pengolahan sampah tidak ada teknologi tanpa meninggalkan sisa. Oleh sebab itu, pengolahan sampah membutuhkan lahan sebagai tempat pembuangan akhir (TPA). Sampah sebagai barang yang memiliki nilai tidak seharusnya diperlakukan sebagai barang yang menjijikan, melainkan harus dapat dimanfaatkan sebagai bahan mentah atau bahan yang berguna lainnya.Pengolahan sampah harus dilakukan dengan efisien dan efektif, yaitu sedekat mungkin dengan sumbernya, seperti RT/RW, sekolah, rumah tangga sehingga jumlah sampah dapat dikurangi. Sampah merupakan sumber daya alam yang sangat besar, apabila kita dapat memanfaatkannya dengan baik. Pada sekolah kami “SMART Ekselensia Indonesia” dimana para siswanya di asramakan memiliki jumlah sampah yang lumayan besar, sehingga diperlukan penanganan sampah yang baik dan benar. Oleh karena itu perlu melalui proses daur ulang secara organik untuk menghasilkan produk pupuk yang sangat penting sebagai unsur hara untuk kesuburan tanah dan perkembangan tanaman.Pengelolaan sampah diantaranya dapat dimanfaatkan menjadi pupuk cair organik yang didalamnya terkandung unsur hara yang dibutuhkan tanaman, perbaikan struktur tanah dan zat yang dapat mengurangi bakteri yang merugikan dalam tanah. Pupuk organik biasanya tidak meninggalkan residu / sisa dalam tanaman sehingga hasil tanaman akan aman bila dikonsumsi.

  1. Tujuan Karya Ilmiah

Tujuan dari karya ilmiah ini adalah menemukan pengelolaan sampah yang baik sebagai proses daur ulang sampah untuk menghasilkan pupuk cair organik yang berkualitas sehingga dapat dimanfaatkan oleh tanaman bagi kelangsungan hidupnya

  1. Manfaat Karya Ilmiah

Karya ilmiah ini diharapkan dapat memberikan informasi dibidang lingkungan hidup dan dapat memanfaatkan sampah di lingkungan sekolah SMART Ekselensia Indonesia, Bumi Pengembangan Insani sebagai bahan organik untuk dijadikan pupuk cair organik bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman.

  1. Metode Karya Ilmiah

Metode yang digunakan pada karya ilmiah ini adalah proses pembuatan pupuk cair organik dengan cara fermentasi tanpa bantuan sinar matahari atau berlangsung secara anaerob ( kondisi yang tidak membutuhkan oksigen ).

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

A. Sampah

a. Definisi Sampah

Sampah adalah bahan yang tidak berguna, tidak digunakan atau bahan yang terbuang sebagai sisa dari sesuatu proses yang dihasilkan dari aktifitas manusia. Sampah biasanya berupa padatan atau setengah padatan yang dikenal dengan istilah sampah basah atau sampah kering.

  1. Klasifikasi Sampah

1. Sampah berdasarkan sumbernya.

1.1. Sampah rumah tangga.

Sampah yang berasal dari kegiatan rumah tangga.

1.2. Sampah komersial.

Sampah yang berasal dari kegiatan komersial seperti pasar, pertokoan, rumah makan, tempat hiburan, penginapan, bengkel, kios, pendidikan dan sebagainya.

1.3. Sampah bangunan

Sampah yang berasal dari kegiatan bangunan termasuk pemugaran dan pembongkaran suatu bangunan seperti semen, kayu, batu bata, genteng, dan sebagainya.

1.4. Sampah fasilitas umum

Sampah yang berasal dari pembersihan dan penyapuan jalan trotoar, lapangan, tempat rekreasi, dan sebagainya. Contoh jenis sampah ini adalah daun, ranting, kertas pembungkus, plastik, rokok, debu, dan sebagainya.

2. Sampah berdasarkan jenisnya.

2.1. Sampah organik (bersifat degradabel) Sampah organik adalah jenis sampah yang sebagian besar tersusun oleh senyawa organik (sisa tanaman, hewan, atau kotoran) sampah ini mudah diuraikan oleh jasad hidup khususnya mikroorganisme.

2.2. Sampah anorganik (non degradabel).

Sampah anorganik adalah jenis sampah yang tersusun oleh senyawa anorganik (plastik, botol, logam) sampah ini sangat sulit untuk diuraikan oleh jasad renik.

c. Manfaat Sampah

1. Pengisi Tanah Tumbuhnya tempat pemukiman baru, ruko, komplek, pembelanjaan baru, di kota yang asalnya dari rawa-rawa/tanah berair lainnya/tempat-tempat pembuangan sampah.

2. Sumber Pupuk Organik.Pupuk organik adalah pupuk yang terbuat dari bahan organik/makhluk hidup yang telah mati dan mengalami pembusukan oleh mikroorganisme sehingga sifat fisiknya akan berbeda dari semula.

3. Sumber Humus Kehadiran senyawa organik dalam bentuk humus di dalam tanah dapat mempertahankan sifat fisik tanah. Dengan sifat fisik yang baik, maka kegunaan tanah menyerap dan mempertahankan air dapat terjadi dengan baik.

4. Media Penanaman Jamur Pengunaan media dengan sampah memberikan hasil yang memuaskan. Misalnya, media jamur merang, jamur ”Shiitake” dan jamur tiram putih tumbuh dengan baik pada bahan organik yang terdapat pada kompos.

5. Penyubur Plankton.Plankton adalah makanan utama ikan yang terdiri dari hewan dan tumbuhan bersel tunggal. Kolam ikan yang banyak palnktonnya menyebabkan pertumbuhan yang cepat pada ikan. Suburnya plankton karena pemasukan bahan-bahan organik dari sampah.

6. Media Produksi Vitamin.Salah satu jenis mikroorganisme penghasil vitamin (vitamin B12) ternyata sangat subur pertumbuhannya di dalam media yang dicampur dengan ekstrak sampah.

7. Bahan Makanan Tanah

Sampah sebagai bahan makanan tanah secara langsung (masih segar) dan melalui proses fermentasi telah digunakan dimana-mana dengan hasil yang baik.

  1. Pengelolaan Sampah

1. Pengumpulan Sampah Cara pengumpulan sampah dengan menggunakan kantung. Kantung yang digunakan berasal dari kantung plastik. Jenis bahan ini cukup kuat dan dapat digunakan berulang-ulang serta sulit dihancurkan oleh jasad-jasad renik yang ada dalam sampah. Bentuk dan ukuran kantung disesuaikan dengan kebutuhan.

2. Penampungan Penampungan sampah dapat menggunakan bak sampah. Bak sampah dibuat secara permanen maupun non permanen

3. Pengangkutan.Kantung-kantung sampah yang telah terkumpul dalam bak-bak sampah, kemudian menunggu pengangkutan oleh dinas kebersihan setempat atau sampah tersebut dapat di daur ulang yang sebelumnya dipisahkan dahulu antara sampah organik dan sampah anorganik.

B. Pupuk Cair Organik

Pupuk cair organik adalah larutan hasil dari pembusukan bahan-bahan organik yang berasal dari sisa tanaman, kotoran hewan dan manusia yang kandungan unsur haranya lebih dari 1 unsur. Kelebihan dari pupuk cair organik adalah dapat secara cepat mengatasi defisiensi hara, tidak bermasalah dalam pencucian hara dan mampu menyediakan hara secara cepat. Pupuk cair organik umumnya tidak merusak tanah dan tanaman walaupun digunakan sesering mungkin. Larutan ini juga memiliki bahan pengikat sehingga larutan pupuk yang diberikan ke permukaan tanah bisa langsung digunakan oleh tanaman.

  1. Pupuk kandang cair

Pupuk ini berasal dari kotoran hewan dan urin ternak. Pupuk ini umumnya bisa digunakan bersama dengan kotoran padat atau pupuk hijau. Pemberian pupuk ini paling baik diberikan pada tanaman yang sedang dalam masa vegetatif dan masa perkembangbiakan, sebab ketika masa perkembangbiakan, tanaman banyak membutuhkan nutrisi.

  1. Biogas

Gabungan dari fermentasi bahan organik cair dengan bahan organik padat dikenal dengan istilah biogas. Bahan pembuatannya berasal dari kotoran manusia, hewan dan tanaman. Penggunaan biogas memiliki keuntungan ganda yaitu gas metana yang dihasilkan bisa berfungsi sebagai bahan baker, sedangkan sampah padat dan cair yang dihasilkan sebagai residu bisa digunakan sebagai pupuk. Penggunaan biogas secara rutin mampu meningkatkan produksi padi secara berkesinambungan dan tidak ada residu biogas di dalam lahan sawah, sedangkan penggunaan pupuk kimia sintetis dapat menurunkan produksi tanaman jika digunakan terus-menerus.

BAB III METODOLOGI KARYA ILMIAH

A. Tempat dan Waktu Pembuatan Pupuk

Pembuatan pupuk cair organik dilaksanakan di Laboratorium MIPA, SMART Ekselensia Indonesia, Bumi Pengembangan Insani, Dompet Dhuafa Republika, Parung, Bogor. Pembuatan pupuk ini berlangsung pada tanggal 15 Maret 2007 sampai tanggal 3 April 2007.

B. Bahan dan Peralatan Bahan

a) Bekatul 2 kg

b) Molase : Gula merah dan gula putih 1 kg

c) Terasi

d) Air bersih (tidak mengandung kaporit)/aquadest

e) Sampah organik basah

f) Air tajin

g) Air kelapa tua

h) Isi usus ayam

i) Susu sapi murni

j) Nanas

 

Peralatan

a) Ember ukuran 20 liter bertutup, gayung

b) Pengaduk kayu sepanjang 50 cm

c) Panci pemasak air, kompor

d) Botol penyimpanan

e) Saringan (dari kain kasa)

f) Timbangan/neraca teknis

g) Gelas ukur, tali rafia

h) Karung beras berserat sintetis ukuran 25 kg

i) Blender

j) Sarung tangan karet, masker kain

 

C. Desain Pembuatan Pupuk

D. Pelaksanaan Pembuatan Pembuatan Pupuk Cair Organik Pada penelitian ini sebelum membuat pupuk cair, memisahkan sampah berdasarkan klasifikasi organik dan anorganik. Bahan baku pupuk cair yang bagus adalah bahan organik basah atau bahan organik yang mempunyai kandungan air tinggi seperti sisa sayuran dan buah-buahan. Sampah yang diambil berasal dari kantin tempat para siswa dan karyawan makan. a. Pembuatan molase Gula merah merah atau gula putih dilarutkan dalam air dengan perbandingan secukupnya, kemudian dipanaskan untuk memudahkan pelarutan. b. Pembuatan bakteri Effective Microorganism Proses pembuatan bakteri Effective Microorganism sebagai berikut : Trasi ¼ kg, gula pasir 1 kg, bekatul 1 kg, 1 buah nanas (yang dihaluskan dengan blender), dan 10 liter air bersih dimasak dalam panci agar bakteri lain yang tidak diperlukan mati. Setelah mendidih, larutan di taruh di dalam ember dan hasil adonannya didinginkan. Susu ayam ditambahkan dalam larutan, ditutup rapat. Setelah 12 jam timbul gelembung-gelembung. Bakteri EM yang sudah jadi akan menjadi kental/lengket. Larutan bakteri diambil, disaring, dan dimasukkan ke dalam botol. Botol disimpan di dalam ruangan sejuk dan tidak terkena sinar matahari langsung agar bakteri mendapat oksigen yang cukup. Tutup botol jangan terlalu rapat atau dibiarkan terbuka. Selanjutnya cairan EM siap digunakan untuk membuat pupuk cair organik. c. Pembuatan pupuk cair organik Proses pembuatan pupuk cair organik berlangsung secara anaerob/fermentasi tanpa bantuan sinar matahari. Pembuatan pupuk cair organik dilakukan sebagai berikut: sampah organik dimasukkan ke dalam karung beras dan ditekan sampai padat, lalu karung tersebut diikat dengan tali rafia. Larutan media dibuat dengan mencampurkan 500 ml cairan bakteri EM, air tajin 1l, air kelapa tua 1l, air bersih 7l ke dalam ember. Karung beras yang berisi sampah organik dimasukkan ke dalam larutan media sampai bahan organik terendam seluruhnya (beban dapat diletakkan di atas karung beras agar tidak mengapung). Ember ditutup dengan rapat sehingga udara tidak bisa masuk ke dalam ember, lalu disimpan di tempat yang teduh (tidak terkena sinar matahari) selama 7-10 hari. Setelah proses fermentasi selesai, penutup ember dibuka kemudian karung yang berisi sampah organik diangkat dan dipisahkan. Volum/jumlah bahan organik akan menyusut dari volum awal. Sisa bahan tersebut bisa dijadikan bahan untuk kompos. Fermentasi yang berhasil ditandai dengan adanya bercak-bercak putih pada pemukaan cairan yang berwarna kuning kecoklatan dengan aroma khas yang menyengat. Pupuk cair organik disimpan dalam botol dan ruangan yang sejuk. E. Analisa Hasil Pengolahan data hasil pembuatan pupuk cair organik dianalisis secara deskripsi untuk mengetahui manfaat pupuk tersebut bagi perkembangan dan pertumbuhan tanaman

BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pembuatan Molase.

Teknik pembuatan pupuk cair organik, diawali dengan pembuatan molase. Pembuatan molase tersebut bertujuan sebagai sumber energi bagi perkembangan bakteri EM. Molase dihasilkan dengan melarutkan gula putih dengan air panas.

B. Pengebangbiakan Bakteri EM

Pada pembuatan EM ini bakteri yang digunakan berasal dari usus ayam dimana di dalam usus tersebut terdapat bakteri asam lektat yang sangat berguna dalam membantu memper cepat6 perombakan bahan organik, meneka pertumbuhan bakteri organisme patogen yang timbul dari pembusukan bahan organik, dan membantu proses fermentasi di dalam media larutan menjadi lebih sehat dan cepat

C. Pembuatan Pupuk Cair Organik

Proses pembuatan pupuk cair organik menggunakan cara fermentasi yaitu suatu preses dimana tidak membutuhkan oksigen (anaerob). Hasil yang didapat setelah fermentasi ternyata terdapat adanya bercak-bercak putih pada permukaan cairan yang berwarna kuning kecoklatan dengan aroma khas yang menyengat. Hal tersebut menandakan bahwa pupuk cair organik telah selesai dibuat. Keunggulan pupuk cair organik diantaranya adalah menyehatkan lingkungan, meningkatkan prokdutifitas tanah, menekan biaya usaha tani dan meningkatkan kualitas produk. Prinsip kerja pupuk cair organik untuk membantu proses pertumbuhan tanaman yang dimulai dari meningkatkan prokdutifitas tanah secara keseluruhan dilihat baik dari fisik, kimia, maupun biologi. Pupuk cair organik pada tanah secara fisik dapat menggemburkan tanah, memperbaiki aerasi dan draenasi, mencegah dan meningkatkan daya olah tanah. Secara kimia dapat meningkatkan kestersediaan unsur hara dan meningkatkan proses pelapukan bahan mineral. Sedangkan pemberian pupuk cair organik pada tanah keunggulannya adalah, menjadi sumber makanan bagi mikroorganisme tanah seperti, bakteri, serta mikroorganisme menggantung lainnya, sehinga perkembangan nya menjadi lebih cepat. Kesuburan secara alami bergantung pada unsur-unsur kimia.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

  1. Simpulan

Berdasarkan hasil pemanfaatan sampah sebagai pupuk cair organik dapat disimpulkan bahwa : 1. Sampah dapat dimanfaatkan sebagai pupuk cair organik baik secara langsung maupun tidak langsung dapat meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan pada tanaman. 2. Penggunaan bakteri effective microorganism untuk mengolah sampah menjadi pupuk cair organik dapat meningkatkan kualitas tanah bagi kelangsungan hidup tanaman. 3. Sampah organik yang dimanfaatkan menjadi pupuk cair organik sangat berperan bagi perbaikan sifat fisik, kimia dan dan biologi tanah sehingga dapat meningkatkan kualitas produk.

  1. Saran

Berdasarkan karya ilmiah ini beberapa hal yang penting untuk dijadikan bahan pertimbangan dan saran adalah : 1. Pemanfaatan sampah sebagai pupuk cair organik perlu diaplikasikan terhadap berbagai jenis tanaman dengan penelitian lebih lanjut.2. Pengamatan lebih lanjut mengenai modifikasi media-media atau bahan-bahan yang digunakan untuk membuat bakteri effective microorganism dan pupuk cair organik.

Agar Limbah Berbuah Berkah


Usaha beternak apapun komoditinya identik dengan limbah bau yang ditimbulkannya. Ini merupakan masalah serius yang perlu dipikirkan solusinya oleh seseorang yang akan memulai usaha ternak. Seseorang yang baru mulai menjalankan usaha ternak tentu tidak ingin usahanya gagal atau berhenti di tengah jalan hanya lantaran mendapat protes dari masyarakat sekitar akibat limbah bau tak sedap peternakannya. Oleh karenanya, pengelolaan limbah khususnya limbah ternak penting untuk dipelajari dan sepertinya sudah menjadi suatu keharusan. Memang kadang geli juga melihat masyarakat kita, produk dari peternakan begitu diminati akan tetapi jalannya usaha begitu dimusuhi.

Pernah suatu kali datang seorang peternak yang telah membeli bibit DOD itik mojosari betina kepada kami. Dia menceritakan kondisi ternaknya yang pada intinya ternak itiknya yang sudah umur remaja diracun oleh orang tak dikenal dan hampir separuh itiknya mati. Kami tidak heran atas kejadian tersebut dan itu memang menjadi resiko dan kendala kita dalam beternak. Akan tetapi dalam kejadian tersebut ada dua hal yang perlu mendapat analisa yaitu peternaknya sendiri dan orang yang meracuni ternak tersebut. Peternak sendiri mungkin lalai untuk berusaha meminimalkan bau limbah ternaknya sehingga dapat mengganggu lingkungan sekitar. Kemudian dari pihak orang yang meracuni kemungkinan ada sifat hasad (iri, dengki) karena tetangganya punya usaha baru. Nah, mana di antara kedua hal tersebut yang lebih dominan?

Ada juga laporan dari peternak ditempat lain bahwa kandangnya di bakar orang, ada yang ternaknya dicuri secara berkala, bahkan sampai ternaknya di jarah, dan bentuk protes lainnya dari masyarakat. Kita semestinya bisa mengambil pelajaran dari peristiwa itu semua dan mulai berbenah untuk kepentingan bersama. Kita semua pasti sepakat bahwa kita ingin mempunyai usaha tanpa kendala ataupun kalau ada maka kendala tersebut di atasi semaksimal mungkin. Untuk itu, dalam kesempatan kali ini kami akan menuliskan beberapa pengalaman pribadi berkaitan dengan penanganan limbah ternak mulai dari yang tidak keluar biaya (murah) sampai yang keluar biaya (mahal). Semoga bermanfaat dan menjadikan amal sholeh bagi kami. aamiin

Menanam hijauan di sekitar kandang

Penanaman hijauan disekitar kandang akan bisa sedikit mengurangi bau amoniak yang timbul. Hijauan yang bisa ditatam bisa berupa hijauan pakan ternak (rumput gajah, rumput raja, rumput lampung, kaliandra, lamtoro, turi) atau berupa pepohonan rendah. Yang penting tanaman tersebut tidak sampai menghalangi masuknya sinar matahari ke dalam kandang sehingga kondisi kandang bisa tetap kering. Dengan demikian bau amoniak akan sedikit berkurang dan kita mendapat manfaat dari penanaman hijauan di sekitar kandang tersebut.

Penambahan kunyit (kunir) pada pakan

Penambahan kunir (kunyit) ke dalam pakan ternak diyakini dapat mengurangi bau amoniak pada kotoran. Fungsi kunyit dalam pakan adalah untuk meningkatkan kerja organ pencernaan unggas yaitu dengan merangsang dinding kantong empedu untuk mengeluarkan cairan empedu dan merangsang keluarnya getah pankreas yang mengandung enzim amilase, lipase, dan protease yang berguna untuk meningkatkan pencernaan bahan pakan seperti karbohidrat, lemak, dan protein. Kotoran yang bau dikarenakan proses metabolisme yang kurang maksimal sehingga ada zat-zat makanan yang ikut terbuang melalui kotoran terutama protein.

Penyemprotan dengan EM4 (Efektive Mikroorganisme 4)

EM-4 merupakan larutan berisi berbagai mikroorganisme fermentasi yang bekerja secara efektif dalam memfermentasikan bahan organik dalam kondisi aerob sehingga dapat mempercepat proses pengomposan dan menambah unsur hara tanah. EM-4, biasanya dijual dalam bentuk cair, berwarna cokelat kekuningan, serta mengandung berbagai mikroorganisme. Masing-masing mikroorganisme ini mempunyai kerja yang sangat spesifik, kemudian saling bersinergi dalam mengurai limbah organik serta menangkap gas penyebab bau tidak sedap (misalnya H2S dan NH3). EM-4 dapat digunakan untuk mengolah kotoran dan air kencing ternak menjadi pupuk. Cara penggunaan adalah limbah ternak (kotoran dan sisa pakan) dikumpulkan, lalu disiram larutan EM-4 aktif dengan konsentrasi 1-10 % sebanyak 1 liter/m3. Bau busuk dari limbah pun akan berkurang. Setelah 1 minggu, limbah dapat digunakan untuk memupuk tanaman.

Penambahan kapur pada litter

Penambahan kapur dalam litter salah satu fungsinya adalah untuk membunuh bibit penyakit, Fungsi lain dari penambahan kapur ini adalah dapat mengembalikan pH tanah menjadi netral dan juga meningkatkan daya serap tanah terhadap air. Limbah bau kandang biasanya banyak disebabkan oleh kondisi litter yang basah atau lembab. Nah dengan penambahan kapur diharapkan air yang tumpah atau kotoran ayam yang basah langsung bisa diserap sehingga limbah bau sedikit berkurang.

Pengelolaan limbah

Areal rumput gajah di Ponorogo

Kami pribadi melakukan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di daerah Ponorogo pada usaha penggemukan dan pemeliharaan sapi betina terutama peranakan Limousin milik pak H. Syamsuddin. Usaha peternakan tersebut sudah bisa dikatakan sedikit modern dalam hal manajemen pemeliharaan. Yang perlu kita ambil pelajaran di sini adalah bagaimana pemilik peternakan mengelola limbah kotoran ternaknya. Kotoran ternak dialirkan ke areal persawahan yang sangat luas di sekitar kandang. Sawah tersebut ditanami rumput gajah sehingga praktis tidak menggunakan pupuk buatan. Rumput gajah yang dipakai pakan sapi hijau sepanjang tahun dan hasil panenannya selalu membanggakan.

Unit biogas di Malang Selatan

Pernah suatu kali kami praktikum mata kuliah Ilmu Pengelolaan Limbah Peternakan. Kami mengunjungi salah satu instalasi biogas sederhana milik seorang peternak di kec. Bantur, kab. Malang. Jumlah kepemilikan ternak (sapi perah) tidak begitu banyak yaitu hanya 3-5 ekor saja, akan tetapi peternak tersebut membangun instalasi biogas untuk menangani limbah kotoran ternaknya. Hasil yang diperoleh adalah dapurnya tetap mengasap dengan bahan bakar biogas dari hasil kotoran ternak tersebut sehingga tak perlu ikut pusing dengan berita kelangkaan minyak tanah dan lain sebagainya. Tak hanya itu manfaatnya, areal kebun salak di belakang rumah pun mendapat berkah pupuk cair dari sisa sludge biogas. Menurut pengakuan si pemilik kebun, salaknya lebih manis dan memang benar kenyataannya salak dikebun tersebut manis karena kami sendiri mencicipi dan membelinya pada waktu itu. Yang terbayang dari kami, bagaimana peternak tersebut mempunyai ide pembuatan instalasi biogas padahal berada di lingkungan pedesaan yang sangat jauh dari sumber ilmu pengetahuan. Usut punya usut ternyata si peternak tersebut adalah masih saudara dosen kami yang ahli biogas yaitu Bpk. Ir. Moch. Yunus MSi.

Longyam di blitar

Mengenang liburan kuliah, kami melakukan magang pada CV. Santoso Farm di Srengat-Blitar. Pada magang tersebut kami pun menjadi kuli dadakan. Bagaimana tidak, pekerjaan mulai mencuci tempat pakan dan minum ayam, memanggul pakan ke dalam kandang, mengambili telur, meratakan pakan, sampai mencampur pakan kami lakukan. Itu semua tidak masalah, yang penting ilmu yang kami dapat insyaallah lebih besar daripada tenaga kami yang keluar. Dalam magang tersebut kami memperhatikan pembuatan kolam di bawah kandang battery (ayam petelur) dan di antara kandang. Kolam tersebut diisi ikan lele dan sekitar 3-4 bulan sudah di panen. Yang perlu diperhatikan kalau anda membangun system longyam adalah jarak lantai dasar kandang dengan permukaan kolam dan juga jenis lele yang dibudidayakan.

Pembuatan kompos di Blitar

Masih di lokasi yang sama yaitu di CV. Santoso Farm milik pak. H. Masngoet, kami berkunjung ke tempat pengolahan kotoran ternak menjadi pupuk kompos dan kascing. Kotoran ternak (feces) yang diolah membawa berkah tersendiri bagi pemiliknya. Bagaimana tidak, sebagian besar gaji pegawainya dibayar dari hasil pengolahan kotoran ternaknya dan dari hasil panen kolam ikan lelenya. Patut kiranya kita tiru, dan tidak ada kamus terlambat atau malu dalam meniru inovasi.

Mungkin itu saja yang dapat kami tuangkan pada kesempatan kali ini. Kalau ada pembaca atau peternak yang mempunyai pengalaman dalam hal penanganan limbah peternakan, sudilah kiranya berbagi pengalaman agar usaha peternakan kita tidak menuai protes dari masyarakat selamanya. Berbagi ilmu bukan menambah jumlah pesaing, akan tetapi hendaklah kita mempunyai prinsip “hidup akan lebih berkah kalau kita bisa memberi manfaat kepada orang lain”.

Pemanfaatan limbah ternak ayam menjadi pupuk kandang


kotoran/ feses ayam, merupakan salah satu hasil dari peternakan ayam yang terkadang masih dikesampingkan, jika dicermati dan dimaknai bahwa sektor peternakan merupakan mata rantai dari program integrited farming. maka pemanfaatan limbah peternakan seharusnya menjadi sorotan bagi para peternak untuk mewujudkan integrited farming secara luas, selain itu pengolahan kotoran ayam untuk menjadi pupuk kandang pun memiliki nilai ekonomis yang tidak dapat dipandang sebelah mata melihat kebutuhan dari para petani akan pupuk.
Umumnya pembuatan pupuk kandang dilakukan dengan cara menyimpan atau menimbun kotoran hewan selama sekitar 3 bulan. Namun pembuatan pupuk kandang ini sebenarnya dapat dipercepat proses penguraiannya dengan penambahan bio-aktivator sebagai bahan pemacu mikroorganisme. 

Tahap pembuatan pupuk kandang adalah sebagai berikut :
Bahan-bahan yang digunakan

  • kotoran hewan 1 ton,
  • bio-aktivator 1 liter,
  • molase (larutan gula) 1 liter,
  • air sumur 100 l.

Alat-alat yang digunakan

  • karpet atau terpal plastik,
  • cangkul,
  • sarung tangan,
  • ember,
  • termometer.

Cara pembuatan pupuk kandang

  • tentukan lokasi pembuatan pupuk kandang kemudian tempat tersebut dibersihkan. Diusahakan alas tempat pembuatan pupuk kandang terbuat dari lantai atau alas plastik,
  • dibuat galangan atau sekat disekeliling kotoran hewan agar air atau rembesan air tidak masuk ke kotoran hewan,
  • dicampur atau disiram kotoran hewan dengan campuran air, bio-aktivator dan molase, kemudian diaduk merata,
  • dihamparkan bahan kotoran hewan tadi di atas lantai dengan ketinggian tumpukan 15-20 cm dan dibuat segi empat atau persegi panjang,
  • mengingat pembuatan pupuk kandang ini secara anaerobik, tutup bahan kotoran hewan dengan plastik atau terpal. Suhu ideal proses pembuatan pupuk kandang ini adalah 50-60 derajat Celcius dan jika suhu lebih maka dibuka terpal sewaktu-waktu untuk menurunkan suhu,
  • dibiarkan proses penguraian berlangsung selama 7-14 hari,
  • setelah itu, diperiksa kotoran hewan apakah sudah matang dengan ciri tidak lagi berbau tajam, terasa dingin dipegang dan warnanya gelap,
  • jika sudah berciri-ciri seperti itu maka dapat dikatakan sudah menjadi pupuk kandang,
  • dibuka terpal penutupnya dan pupuk kandang diaduk merata,
  • dikeringkan di bawah sinar matahari untuk proses pengeringan, dikeringkan selama 2 hari dengan sinar matahari penuh tidak mendung atau pupuk kandang sudah berkadar air 30 %,
  • diayak pupuk kandang untuk membuang partikel kasar atau besar,
  • pupuk kandang sudah siap digunakan.
Perlu diingat bahwa kotoran hewan bukanlah pupuk kandang namanya jika belum terjadi proses penguraian atau dekomposasi pada kotoran hewan tersebut. Proses dekomposasi baru terjadi jika kotoran hewan ditimbun atau disimpan 3 bulan atau dipercepat prosesnya dengan bio-aktivator, baru kemudian dapat digunakan sebagai pupuk tanaman.

KOMPOSISI UNSUR HARA KOTORAN DARI BERBAGAI JENIS TERNAK

Jenis Ternak Kadar Hara (%)
Nitrogen Phospor Kalium air
Kuda 

- padat

 

- cair

 

0.55

1.40

 

0.30

0.02

 

0.40

1.60

 

75

90

Sapi 

- padat

 

- cair

 

0.40

1.00

 

0.20

0.50

 

0.10

1.50

 

85

92

Kerbau 

- padat

 

- cair

 

0.60

1.00

 

0.30

0.15

 

0.34

1.50

 

85

92

Kambing 

- padat

 

- cair

 

0.60

1.50

 

 

0.30

0.13

 

0.17

1.80

 

60

85

Domba 

- padat

 

- cair

 

0.75

1.35

 

0.50

0.05

 

0.45

2.10

 

60

85

Ayam 

- padat

 

- cair

 

1.00

1.00

 

0.80

0.80

 

0.40

0.40

 

55

55

Flag Counter